Innalillahi wa inna illaihi roji’un.
Telah berpulang ke rahmatullah Mas Asep Sambodja, dosen FIB UI dan seorang yang pusi-puisinya sangat saya kagumi pada hari Kamis, 9 Desember 2010 pukul 09.55 WIB di Bandung, Jawa Barat.
Selamat jalan Mas Asep, semoga amal ibadah Mas Asep diterima oleh Tuhan YME dan keluarga yang ditinggal senantiasa dilimpahkan ketabahan oleh-Nya. Saya akan mengenang Mas Asep, lewat karya-karya Mas Asep yang luar biasa.
Selamat jalan, Mas Asep.
Perempuan yang Melambaikan TanganNya Padaku
siang ini jadi lain
ketika perempuan itu melambaikan tanganNya padaku
aku dan bangku menunggu
ia tak banyak bicara
meski banyak baca cerita
aku dan bangku menunggu
siang ini jadi lain
ketika dia berikan cinta
aku terharu
dan bangku tetap menunggu
ia tak ingin orang lain tahu
bahwa cinta yang diberikan dipungut dari surga
dan khusus untukku
aku terharu
pada perempuan yang melambaikan tanganNya
padaku
Citayam, 21 Oktober 2009
Asep Sambodja
Ia Menulis Puisi Sedih
ia merasa sebagai laki-laki paling malang sedunia
ia menulis puisi cinta
antara ibunya dengan laki-laki entah siapa
ia merasa sangat peduli dengan adik-adiknya
yang tertidur dengan tenang
di bawah batu-batu nisan
di taman makam bukan pahlawan
hanya ibunya yang belum ia bunuh
meski ia tahu ibunya selingkuh
ia merasa sebagai laki-laki paling malang di dunia
ia menulis puisi cinta
dengan darah yang mengalir dari jari-jarinya
tapi puisi itu tak pernah selesai ditulisnya
tak kan pernah selesai
karena sang ibu menangis
di depan jasadnya
Citayam, 22 September 2009
Asep Sambodja
Ibu,
aku sakit
aku ingin kau memelukku erat-erat
kuingin kau mengusap kepalaku perlahan-lahan
dan membisikkan doa-doa
—segala doa yang kau hafal dengan baik—
untuk kesembuhanku
Ibu,
aku sangat ingin…
Citayam, 23 Desember 2009